Suku Asmat
SukuAsmat adalah sebuah suku di
Papua.
Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku
Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir
pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal
dialek,
cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai
selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di
antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.
Pengertian Suku Asmat
Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal
di antara sekian banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia.
Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran
kayu tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang
seringkali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan
patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema
nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. Namun tak
berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornamen / motif lain
yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol
perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi
penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah
perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah
para leluhurnya.
Kondisi Alam
Wilayah yang mereka tinggali sangat unik.Dataran coklat lembek yang
tertutup oleh jaring laba-laba sungai.Wilayah yang ditinggali Suku Asmat
ini telah menjadi Kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Asmat dengan 7
Kecamatan atau Distrik.Hampir setiap hari hujan turun dengan curah
3000-4000 milimeter/tahun.Setiap hari juga pasang surut laut masuk
kewilayah ini,sehingga tidak mengherankan kalau permukaan tanah sangat
lembek dan berlumpur.Jalan hanya dibuat dari papan kayu yang ditumpuk di
atas tanah yang lembek.Praktis tidak semua kendaraan bermotor bisa
lewat jalan ini.Orang yang berjalan harus berhati-hati agar tidak
terpeleset,terutama saat hujan.
Pertentangan
Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling
mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya.
Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama.
Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya
dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan. Namun hal ini sudah
jarang terjadi bahkan hilang resmi dari ingatan.
Kampung Asmat
Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu
kampung. Setiap kampung punya satu rumah Bujang dan banyak rumah
keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan.
Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai
kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira 70.000 orang
Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-anak Asmat sedang bersekolah.